tag:blogger.com,1999:blog-10209185381318756872024-03-04T21:21:28.304-08:00PejuangPejuang terdahulu berjuang mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan. Akan tetapi, sekarang kita sebagai generasi muda merupakan para pejuang yang berjuang melawan musuh yang paling berat. Musuh itu adalah hawa nafsu yang ada dalam diri kita sendiripejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-87169496499001337942011-04-14T18:23:00.000-07:002011-04-14T18:23:29.778-07:00dr. soetomo<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7b/Soetomo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7b/Soetomo.jpg" /></a><b>Dr. Soetomo</b> (lahir di Ngepeh, Loceret, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Nganjuk" title="Kabupaten Nganjuk">Nganjuk</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur">Jawa Timur</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/30_Juli">30 Juli</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1888">1888</a> – meninggal di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya" title="Kota Surabaya">Surabaya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur">Jawa Timur</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/30_Mei">30 Mei</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1938">1938</a> pada umur 49 tahun) adalah tokoh pendiri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo">Budi Utomo</a>, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.<br />
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1903">1903</a>, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/School_tot_Opleiding_van_Inlandsche_Artsen" title="School tot Opleiding van Inlandsche Artsen">School tot Opleiding van Inlandsche Artsen</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a>. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908. Setelah lulus pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1911">1911</a>, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda. Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.<br />
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1924">1924</a>, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda <i>Indonesische Studie Club</i> atau <i>Kelompok Studi Indonesia</i>) di Surabaya, pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1930">1930</a> mendirikan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Partai_Bangsa_Indonesia&action=edit&redlink=1" title="Partai Bangsa Indonesia (halaman belum tersedia)">Partai Bangsa Indonesia</a> dan pada tahun 1935 mendirikan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parindra" title="Parindra">Parindra</a> (Partai Indonesia Raya).pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-16545946188836350362011-04-14T18:21:00.000-07:002011-04-14T18:21:39.889-07:00tuanku imam bonjol<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/Tuanku_Imam_Bonjol.jpg/188px-Tuanku_Imam_Bonjol.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/Tuanku_Imam_Bonjol.jpg/188px-Tuanku_Imam_Bonjol.jpg" /></a>Tak dapat dimungkiri, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri">Perang Padri</a> meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berperang adalah sesama orang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minangkabau" title="Suku Minangkabau">Minang</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandailing" title="Suku Mandailing">Mandailing</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak" title="Suku Batak">Batak</a> umumnya.<br />
Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin ulama di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung">kerajaan Pagaruyung</a> untuk menerapkan dan menjalankan syariat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> sesuai dengan <i>Ahlus Sunnah wal Jamaah</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni">Sunni</a>) yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasullullah <i>shalallahu 'alaihi wasallam</i>. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam <i>Harimau nan Salapan</i> meminta <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuanku_Lintau&action=edit&redlink=1" title="Tuanku Lintau (halaman belum tersedia)">Tuanku Lintau</a> untuk mengajak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yang_Dipertuan_Pagaruyung">Yang Dipertuan Pagaruyung</a> beserta <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaum_Adat&action=edit&redlink=1" title="Kaum Adat (halaman belum tersedia)">Kaum Adat</a> untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam (<i>Bid'ah</i>).<br />
Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaum_Padri&action=edit&redlink=1" title="Kaum Padri (halaman belum tersedia)">Kaum Padri</a> (penamaan bagi kaum ulama) dengan <i>Kaum Adat</i>. Seiring itu dibeberapa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nagari">nagari</a> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung">kerajaan Pagaruyung</a> bergejolak, dan sampai akhirnya <i>Kaum Padri</i> dibawah pimpinan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuanku_Pasaman&action=edit&redlink=1" title="Tuanku Pasaman (halaman belum tersedia)">Tuanku Pasaman</a> menyerang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pagaruyung,_Tanjung_Emas,_Tanah_Datar" title="Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar">Pagaruyung</a> pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Koto_Tangah,_Tanjung_Emas,_Tanah_Datar" title="Koto Tangah, Tanjung Emas, Tanah Datar">Koto Tangah</a> dekat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Sangkar" title="Batu Sangkar">Batu Sangkar</a>. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Arifin_Muningsyah" title="Sultan Arifin Muningsyah">Sultan Arifin Muningsyah</a> terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan ke Lubukjambi.<br />
Pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/21_Februari">21 Februari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1821">1821</a>, kaum Adat secara resmi bekerja sama dengan pemerintah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda">Hindia-Belanda</a> berperang melawan kaum Padri dalam perjanjian yang ditandatangani di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padang" title="Padang">Padang</a>, sebagai kompensasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> mendapat hak akses dan penguasaan atas wilayah darek (pedalaman Minangkabau).<sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol#cite_note-2">[3]</a></sup> Perjanjian itu dihadiri juga oleh sisa keluarga dinasti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung">kerajaan Pagaruyung</a> di bawah pimpinan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bagagarsyah_dari_Pagaruyung" title="Bagagarsyah dari Pagaruyung">Sultan Tangkal Alam Bagagar</a> yang sudah berada di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang" title="Kota Padang">Padang</a> waktu itu.<br />
Campur tangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> dalam perang itu ditandai dengan penyerangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simawang,_Rambatan,_Tanah_Datar" title="Simawang, Rambatan, Tanah Datar">Simawang</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulit_Air,_X_Koto_Diatas,_Solok" title="Sulit Air, X Koto Diatas, Solok">Sulit Air</a> oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang, Dalam hal ini <i>Kompeni</i> melibatkan diri dalam perang karena "diundang" oleh kaum Adat.<br />
Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui Gubernur Jendral <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Johannes_van_den_Bosch">Johannes van den Bosch</a> mengajak pemimpin <i>Kaum Padri</i> yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat <i>Perjanjian Masang</i> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1824">1824</a>. Hal ini dimaklumi karena disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropah dan Jawa seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro">Perang Diponegoro</a>. Tetapi kemudian perjanjian ini dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang nagari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pandai_Sikek,_Sepuluh_Koto,_Tanah_Datar" title="Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar">Pandai Sikek</a>.<br />
Namun, sejak awal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1833">1833</a> perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau">Minangkabau</a> itu sendiri. <sup class="reference" id="cite_ref-Nain_3-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol#cite_note-Nain-3">[4]</a></sup> Bersatunya kaum Adat dan kaum Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama <i>Plakat Puncak Pato</i> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabek_Patah,_Salimpaung,_Tanah_Datar" title="Tabek Patah, Salimpaung, Tanah Datar">Tabek Patah</a> yang mewujudkan konsensus <i>Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah</i> (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an">Al-Qur'an</a>)).<br />
Rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Padri atas sesama orang Minang, Mandailing dan Batak, terefleksi dalam ucapannya <i>Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian?</i> (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?).<sup class="reference" id="cite_ref-Nain_3-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol#cite_note-Nain-3">[4]</a></sup><br />
Penyerangan dan pengepungan benteng kaum Padri di Bonjol oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837)<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol#cite_note-4">[5]</a></sup> yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, tetapi dengan tentara yang sebagian besar adalah bangsa pribumi yang terdiri dari berbagai suku, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa" title="Suku Jawa">Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Madura" title="Suku Madura">Madura</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis" title="Suku Bugis">Bugis</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Ambon" title="Pulau Ambon">Ambon</a>. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda, terdapat Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz. dan seterusnya, tetapi juga terda[at nama-nama <i>Inlandsche</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pribumi">pribumi</a>) seperti Kapitein Noto Prawiro, Inlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.<br />
Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi, <i>Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen</i> (pasukan pembantu Sumenep, Madura). Serangan terhadap benteng Bonjol dimulai orang-orang Bugis yang berada di bagian depan dalam penyerangan pertahanan Padri.<br />
Dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a> didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda, dimana pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/20_Juli">20 Juli</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1837">1837</a> tiba dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa">Eropa</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika">Afrika</a>, 1 <i>sergeant</i>, 4 <i>korporaals</i> dan 112 <i>flankeurs</i>. Yang belakangan ini menunjuk kepada serdadu Afrika yang direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ghana">Ghana</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mali">Mali</a>. Mereka juga disebut <i>Sepoys</i> dan berdinas dalam tentara Belanda.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-76413364736950644442011-04-14T18:19:00.001-07:002011-04-14T18:19:51.539-07:00pattimura<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/17/Pattimura_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/17/Pattimura_2.jpg" /></a>Sebelum melakukan perlawanan terhadap <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/VOC" title="VOC">VOC</a> ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sersan&action=edit&redlink=1" title="Sersan (halaman belum tersedia)">sersan</a> Militer Inggris.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura#cite_note-1">[2]</a></sup> Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja.<sup class="reference" id="cite_ref-Sejarah_Maluku_2-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura#cite_note-Sejarah_Maluku-2">[3]</a></sup> mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan<br />
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan <sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura#cite_note-3">[4]</a></sup> Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura <sup class="reference" id="cite_ref-Sejarah_Maluku_2-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura#cite_note-Sejarah_Maluku-2">[3]</a></sup> Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.<br />
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Melchior_Kesaulya&action=edit&redlink=1" title="Melchior Kesaulya (halaman belum tersedia)">Melchior Kesaulya</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anthoni_Rebhok&action=edit&redlink=1" title="Anthoni Rebhok (halaman belum tersedia)">Anthoni Rebhok</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Philip_Latumahina&action=edit&redlink=1" title="Philip Latumahina (halaman belum tersedia)">Philip Latumahina</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ulupaha&action=edit&redlink=1" title="Ulupaha (halaman belum tersedia)">Ulupaha</a>. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia...... <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_Nasional_Indonesia" title="Pahlawan Nasional Indonesia">Pahlawan Nasional</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a>. Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kemerdekaan bagi seluruh rakyat indonesiapejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-82844054520205286102011-04-14T18:17:00.000-07:002011-04-14T18:17:00.233-07:00A. Yani<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3f/Ahmad_Yani.jpg/150px-Ahmad_Yani.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3f/Ahmad_Yani.jpg/150px-Ahmad_Yani.jpg" /></a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal">Jenderal</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/TNI" title="TNI">TNI</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anumerta">Anumerta</a> <b>Ahmad Yani</b> (juga dieja <b>Achmad Yani</b>; lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purworejo" title="Kabupaten Purworejo">Purworejo</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/19_Juni">19 Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1922">1922</a> – meninggal di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Buaya">Lubang Buaya</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober">1 Oktober</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1965">1965</a> pada umur 43 tahun) adalah seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan">pahlawan</a> revolusi dan nasional <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a>.<br />
Beliau dikenal sebagai seorang tentara yang selalu berseberangan dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/PKI" title="PKI">PKI</a> (Partai Komunis Indonesia). Ketika menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat sejak tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1962">1962</a>, ia menolak keinginan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/PKI" title="PKI">PKI</a> untuk membentuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Kelima">Angkatan Kelima</a> yang terdiri dari buruh dan tani. Karena itulah beliau menjadi salah satu target <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/PKI" title="PKI">PKI</a> yang akan diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/TNI" title="TNI">TNI</a> AD melalui <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_G30S" title="Pemberontakan G30S">G30S</a> (Gerakan Tiga Puluh September). Ia ditembak di ruang makan di rumahnya,Jalan Lembang D58,Menteng pada jam 04.35 tanggal 1 Oktober 1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.<sup class="reference" id="cite_ref-tokoh-indonesia_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani#cite_note-tokoh-indonesia-0">[1]</a></sup><br />
Jabatan terakhir sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat(Men/Pangad) sejak tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1962">1962</a>.<br />
Beliau dimakamkan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/TMP_Kalibata" title="TMP Kalibata">TMP Kalibata</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-71152176726502101512011-04-14T18:14:00.000-07:002011-04-14T18:14:04.783-07:00R.A.Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Raden_Adjeng_Kartini.jpg&filetimestamp=20100829115403" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="thumbimage" height="319" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f9/Raden_Adjeng_Kartini.jpg/225px-Raden_Adjeng_Kartini.jpg" width="225" /></a></div>Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Priyayi">priyayi</a></i> atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepara" title="Jepara">Jepara</a>. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nyai">Nyai</a> Haji Siti Aminah dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kyai" title="Kyai">Kyai</a> Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_VI">Hamengkubuwana VI</a>.<br />
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wedana" title="Wedana">wedana</a> di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mayong&action=edit&redlink=1" title="Mayong (halaman belum tersedia)">Mayong</a>. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bupati">bupati</a> beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini#cite_note-1">[2]</a></sup>, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.<br />
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sosrokartono&action=edit&redlink=1" title="Sosrokartono (halaman belum tersedia)">Sosrokartono</a>, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/ELS" title="ELS">ELS</a> (<i>Europese Lagere School</i>). Di sini antara lain Kartini belajar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Belanda">bahasa Belanda</a>. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.<br />
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Korespondensi&action=edit&redlink=1" title="Korespondensi (halaman belum tersedia)">korespondensi</a> yang berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a>. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.<br />
<div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 227px;"> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Raden_Adjeng_Kartini.jpg&filetimestamp=20100829115403" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Singgih_Djojo_Adhiningrat&action=edit&redlink=1" title="Singgih Djojo Adhiningrat (halaman belum tersedia)">Singgih Djojo Adhiningrat</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1903">1903</a>).</div></div></div>Kartini banyak membaca surat kabar Semarang <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/De_Locomotief">De Locomotief</a></i> yang diasuh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pieter_Brooshooft">Pieter Brooshooft</a>, ia juga menerima <i>leestrommel</i> (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda <i>De Hollandsche Lelie</i>. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di <i>De Hollandsche Lelie</i>. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emansipasi">emansipasi</a> wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Max_Havelaar">Max Havelaar</a></i> dan <i>Surat-Surat Cinta</i> karya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Multatuli">Multatuli</a>, yang pada November <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1901">1901</a> sudah dibacanya dua kali. Lalu <i>De Stille Kraacht</i> (<i>Kekuatan Gaib</i>) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, <i>Die Waffen Nieder</i> (<i>Letakkan Senjata</i>). Semuanya berbahasa Belanda.<br />
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rembang" title="Rembang">Rembang</a>, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/12_November">12 November</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1903">1903</a>. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gedung_Pramuka&action=edit&redlink=1" title="Gedung Pramuka (halaman belum tersedia)">Gedung Pramuka</a>.<br />
<div class="thumb tleft"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_gebouw_van_de_Kartinischool_geopend_op_22_juli_1918_aan_de_Feitweg_in_Buitenzorg_TMnr_60002657.jpg&filetimestamp=20091126181110"><br />
</a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"></div>Sekolah Kartini (<i>Kartinischool</i>), 1918.</div></div></div>Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/13_September">13 September</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1904">1904</a>. Beberapa hari kemudian, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/17_September">17 September</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1904">1904</a>, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatan_Bulu" title="Kecamatan Bulu">Kecamatan Bulu</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rembang" title="Rembang">Rembang</a>.<br />
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Van_Deventer#Yayasan_Kartini" title="Van Deventer">Yayasan Kartini</a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semarang" title="Semarang">Semarang</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1912">1912</a>, dan kemudian di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya" title="Surabaya">Surabaya</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malang">Malang</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madiun" title="Madiun">Madiun</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cirebon" title="Cirebon">Cirebon</a> dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Kartini&action=edit&redlink=1" title="Sekolah Kartini (halaman belum tersedia)">Sekolah Kartini</a>". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Van_Deventer" title="Van Deventer">Van Deventer</a>, seorang tokoh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Etis">Politik Etis</a>.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-20839852746561260972011-04-14T18:09:00.000-07:002011-04-14T18:09:17.905-07:00pangeran diponegoro<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2c/Diponegoro.jpg/220px-Diponegoro.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2c/Diponegoro.jpg/220px-Diponegoro.jpg" /></a></div>Diponegoro adalah putra sulung <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_III">Hamengkubuwana III</a>, seorang raja <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram_II" title="Mataram II">Mataram</a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/R.A._Mangkarawati">R.A. Mangkarawati</a>, yaitu seorang <i>garwa ampeyan</i> (istri non permaisuri) yang berasal dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pacitan" title="Pacitan">Pacitan</a>. Pangeran Diponegoro bernama kecil <b>Raden Mas Ontowiryo</b>.<br />
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_III">Hamengkubuwana III</a>, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Permaisuri">permaisuri</a>. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.<br />
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tegalrejo">Tegalrejo</a> tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_V">Hamengkubuwana V</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1822">1822</a>) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Danurejo&action=edit&redlink=1" title="Patih Danurejo (halaman belum tersedia)">Patih Danurejo</a> bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-16775827818547227472011-03-10T01:43:00.000-08:002011-03-10T01:49:17.198-08:00Profil Drs. Moh. Hatta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrATaCTVJ8fv_K9Wx6sRK238qFewtizwMvtSCfVM6vAAz6DZHazTLMF7ppJMxFErJNTga-sIFral-zu6L-B0xZtM4TDdgoEyGyG7ljCqVElJgNA7dDylbRAaC8mYR1052z_8oZPvzT_5g/s1600/Hatta-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrATaCTVJ8fv_K9Wx6sRK238qFewtizwMvtSCfVM6vAAz6DZHazTLMF7ppJMxFErJNTga-sIFral-zu6L-B0xZtM4TDdgoEyGyG7ljCqVElJgNA7dDylbRAaC8mYR1052z_8oZPvzT_5g/s1600/Hatta-1.jpg" /></a></div><br />
<br />
<b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dr.%28H.C.%29" title="Dr.(H.C.)">Dr.(H.C.)</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Drs." title="Drs.">Drs.</a> H. Mohammad Hatta</b> (populer sebagai <b>Bung Hatta</b>, lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fort_de_Kock_%28benteng%29" title="Fort de Kock (benteng)">Fort de Kock</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat">Sumatera Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/12_Agustus">12 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1902">1902</a> – meninggal di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/14_Maret">14 Maret</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1980">1980</a> pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wakil_Presiden_Indonesia">Wakil Presiden Indonesia</a> yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1956">1956</a>, karena berselisih dengan Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno">Soekarno</a>. Hatta dikenal sebagai Bapak <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Koperasi_Indonesia&action=edit&redlink=1" title="Koperasi Indonesia (halaman belum tersedia)">Koperasi Indonesia</a>. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.<br />
Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan adalah <b>Muhammad Athar</b>. Anak perempuannya bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meutia_Hatta">Meutia Hatta</a> menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Indonesia_Bersatu">Kabinet Indonesia Bersatu</a> pimpinan Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Susilo_Bambang_Yudhoyono">Susilo Bambang Yudhoyono</a>. Ia dimakamkan di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanah_Kusir&action=edit&redlink=1" title="Tanah Kusir (halaman belum tersedia)">Tanah Kusir</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>.<br />
<br />
Hatta lahir dari keluarga ulama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau">Minangkabau</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat">Sumatera Barat</a>. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bukittinggi" title="Bukittinggi">Bukittinggi</a>, dan pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1913">1913</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1916">1916</a> melanjutkan studinya ke <i>Europeesche Lagere School</i> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/ELS" title="ELS">ELS</a>) di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padang" title="Padang">Padang</a>. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/HBS" title="HBS">HBS</a> (setingkat SMA) di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a> (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/MULO" title="MULO">MULO</a> di Padang. Baru pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1919">1919</a> ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam">Rotterdam</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Erasmus&action=edit&redlink=1" title="Universitas Erasmus (halaman belum tersedia)">Universitas Erasmus</a>). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.<br />
Pada tangal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/27_November">27 November</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1956">1956</a>, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Doctor_Honoris_Causa&action=edit&redlink=1" title="Doctor Honoris Causa (halaman belum tersedia)">Doctor Honoris Causa</a> dalam Ilmu Hukum dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Gadjah_Mada">Universitas Gadjah Mada</a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>. Pidato pengukuhannya berjudul "Lampau dan Datang".<br />
Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jong_Sumatranen_Bond">Jong Sumatranen Bond</a> Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdul_Moeis&action=edit&redlink=1" title="Abdul Moeis (halaman belum tersedia)">Abdul Moeis</a>. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ketika di Belanda ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereeniging">Indische Vereeniging</a>). Saat itu, telah berkembang iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Partij" title="Indische Partij">Indische Partij</a> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suwardi_Suryaningrat" title="Suwardi Suryaningrat">Suwardi Suryaningrat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekker">Ernest Douwes Dekker</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tjipto_Mangunkusumo" title="Tjipto Mangunkusumo">Tjipto Mangunkusumo</a>) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan akibat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa">media massa</a>.<br />
<br />
Saat berusia <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/15">15</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun">tahun</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hatta" title="Hatta">Hatta</a> merintis karier sebagai aktivis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi">organisasi</a>, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padang" title="Padang">Padang</a>. Di kota ini <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hatta" title="Hatta">Hatta</a> mulai menimbun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan">pengetahuan</a> perihal perkembangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat">masyarakat</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik">politik</a>, salah satunya lewat membaca berbagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Koran">koran</a>, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a>. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tjokroaminoto" title="Tjokroaminoto">Tjokroaminoto</a> dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabar" title="Surat kabar">surat kabar</a> Utusan Hindia, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim">Agus Salim</a> dalam Neratja.<br />
Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kagum&action=edit&redlink=1" title="Kagum (halaman belum tersedia)">kagum</a> melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengarang" title="Pengarang">pengarang</a> roman Salah Asuhan; aktivis partai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam">Sarekat Islam</a>; anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad">Volksraad</a>; dan pegiat dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah">majalah</a> Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a> dan Peroebahan.<br />
Pada usia <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/17">17</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun">tahun</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hatta" title="Hatta">Hatta</a> lulus dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah">sekolah</a> tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a> untuk melanjutkan studi di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi" title="Sekolah Tinggi">Sekolah Tinggi</a> Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menulis">menulis</a>. Karangannya dimuat dalam majalah Jong <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a>, "Namaku Hindania!" begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kawin">kawin</a> lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brahmana">Brahmana</a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindustan">Hindustan</a>, datanglah musafir dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barat">Barat</a> bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Miskin" title="Miskin">miskin</a> sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.<br />
Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengalaman">pengalaman</a> sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau">Minangkabau</a> yang mukim di Batavia, serta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Diskusi">diskusi</a> dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabtu">Sabtu</a>, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_air">tanah air</a>. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu">bahasa Melayu</a>. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan">pekerjaan</a>. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi">organisasi</a> dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.<br />
Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Percetakan">percetakan</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabar" title="Surat kabar">surat kabar</a> Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam">Rotterdam</a>, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun">tahun</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1922">1922</a>, terjadi peristiwa yang mengemparkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa">Eropa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Turki">Turki</a> yang dipandang sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan">kerajaan</a> yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tentara" title="Tentara">tentara</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a> yang dijagokan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris">Inggris</a>. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia">Batavia</a>. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_air">tanah air</a> yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.<br />
<div class="thumb tright"><div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hatta-perangko.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="186" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/bb/Hatta-perangko.jpg/250px-Hatta-perangko.jpg" width="250" /></a> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hatta-perangko.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Perangko Satu Abad Bung Hatta diterbitkan oleh PT Pos Indonesia tahun 2002</div></div></div>Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.<br />
Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal.<br />
Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.<br />
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1927">1927</a>, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawaharlal_Nehru">Jawaharlal Nehru</a>. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: <i>Indonesia Free</i>.<br />
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1932">1932</a> Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi <b>Club Pendidikan Nasional Indonesia</b> yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soetan_Sjahrir" title="Soetan Sjahrir">Soetan Sjahrir</a>, ketua <b>Club Pendidikan Nasional Indonesia</b> pada bulan Februari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1934">1934</a>. Hatta diasingkan ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Digul" title="Digul">Digul</a> dan kemudian ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banda">Banda</a> selama 6 tahun.<br />
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945">1945</a>, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bung_Karno" title="Bung Karno">Bung Karno</a> yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.<br />
<br />
Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Megamendung,_Bogor" title="Megamendung, Bogor">Megamendung</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bogor" title="Kabupaten Bogor">Bogor</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat">Jawa Barat</a>. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Halida_Hatta&action=edit&redlink=1" title="Halida Hatta (halaman belum tersedia)">Halida Nuriah</a>. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sri-Edi_Swasono&action=edit&redlink=1" title="Sri-Edi Swasono (halaman belum tersedia)">Sri-Edi Swasono</a> dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.<br />
<br />
Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga ai disebut sebagai salah seorang “The Founding Father’s of Indonesia”.<br />
Berbagai tulisan dan kisah perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa kecil, remaja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Namun ada hal yang rasanya perlu sedikit digali dan dipahami yaitu melihat Bung Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik, hal ini dikaitkan dengan usaha melihat perkembangan kegiatan politik dan ketokohan politik di dunia politik Indonesia sekarang maka pantas rasanya kita ikut melihat perjuangan dan perjalanan kegiatan politik Bung Hatta.<br />
Setelah perang dunia I berakhir generasi muda Indonesia yang berprestasi makin banyak yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan luar negeri seperti di Belanda, Kairo (Mesir). Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya politik balas budi oleh Belanda. Bung Hatta adalah salah seorang pemuda yang beruntung, beliau mendapat kesempatan belajar di Belanda. Kalau kita memperhatikan semangat berorganisasi Bung Hatta, sebenarnya telah tumbuh sewaktu beliau berada di Indonesia. Beliau pernah menjadi ketua Jong Sematera (1918-1921) dan semangat ini makin membara dengan asahan dari kultur pendidikan Belanda / Eropa yang bernafas demokrasi dan keterbukaan.<br />
Keinginan dan semangat berorganisasi Bung Hatta makin terlihat sewaktu beliau mulai aktif di kelompok Indonesische Vereeniging yang merupakan perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia yang memikirkan dan berusaha memajukan Indonesia, bahkan dalam organisasi ini dinyatakan bahwa tujuan mereka adalah : “ kemerdekaan bagi Indonesia “. Dalam organisasi yang keras dan anti penjajahan ini Bung Hatta makin “tahan banting” karena banyaknya rintangan dan hambatan yang mereka hadapi.<br />
Walau mendapat tekanan, organisasi Indonesische Vereeniging tetap berkembang bahkan Januari 1925 organisasi ini dinyatakan sebagai sebuah organisasi politik yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia (PI). Dan dalam organisasi ini Bung Hatta bertindak sebagai Pemimpinnya. Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau juga aktif di PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan Soekarno tahun 1927. Dalam organisasi PNI, Bung Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan. Karena PNI dinilai sebagai partai yang radikal dan membahayakan bagi kedudukan Belanda, maka banyak tekanan dan upaya untuk mengurangi pengaruhnya pada rakyat. Hal ini dilihat dari propaganda dan profokasi PNI tehadap penduduk untuk mengusakan kemerdekaan. Hingga akhirnya Bunga Karno di tangkap dan demi keamanan organisasi ini membubarkan diri.<br />
Tak lama setetah PNI (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpi. Organisasi ini memperhatikan “ kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan “.<br />
Organisasi ini berkembang dengan pesat, bayangkan pada kongres I di Bandung 1932 anggotanya baru 2000 orang dan setahun kemudian telah memiliki 65 cabang di Indonesia. Organisasi ini mendapat pengikut dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam pendidikan. Di PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan Syahrir yang merupakan teman akrabnya sejak di Belanda. Hal ini makin memajukan organisasi ini di dunia pendidikan Indonesia waktu itu. Kemajuan, kegiatan dan aksi dari PNI Pendidikan dilihat Belanda sebagai ancaman baru tehadap kedudukan mereka sebagai penjajah di Indonesia dan mereka pun mengeluarkan beberapa ketetapan ditahun 1933 diantaranya:<br />
<ul><li>Polisi diperintahkan bertindak keras terhadap rapat-rapat PNI Pendidikan.</li>
<li>27 Juni 1933, pegawai negeri dilarang menjadi anggota PNI Pendidikan.</li>
<li>1 Agustus 1933, diadakan pelarangan rapat-rapat PNI Pendidikan di seluruh Indonesia.</li>
</ul>Akhirnya ditahun 1934 Partai Nasional Indonesia Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di bubarkan dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap membahayakan seperti : Partindo dan PSII. Ide-ide PNI Pendidikan yang dituangkan dalam surat kabar ikut di hancurkan dan surat kabar yang menerbitkan ikut di bredel. Namun secara keorganisasian, Hatta sebagai pemimpin tak mau menyatakan organisasinya telah bubar. Ia tetap aktif dan berjuang untuk kemajuan pendidikan Indonesia.<br />
Soekarno yang aktif di Partindo dibuang ke Flores diikuti dengan pengasingan Hatta dan Syahrir. Walau para pemimpin di asingkan namun para pengikut mereka tetap konsisten melanjutkan perjuangan partai. PNI Pendidikan tetap memberikan kursus-kursus, pelatihan-pelatuhan baik melalui tulisan maupun dengan kunjungan kerumah-rumah penduduk.<br />
Dalam sidang masalah PNI Pendidikan M.Hatta, Syahrir, Maskun, Burhanuddin ,Bondan dan Murwoto dinyatakan bersalah dan dibuang ke Boven Digul (Papua). Demi harapan terciptanya ketenangan di daerah jajahan. Walau telah mendapat hambatan yang begitu besar namun perjuangan Hatta tak hanya sampai disitu, beliau terus berjuang dan salah satu hasil perjuangan Hatta dan para pahlawan lain tersebut adalah kemerdekaan yang telah kita raih dan kita rasakan sekarang.<br />
Sebagai tulisan singkat mengenai sejarah ketokohan Muhammad Hatta di organisasi dan partai politik yang pernah beliau geluti, kita haruslah dapat mengambil pelajaran dari hal ini. Karena sejarah tak berarti apa-apa bila kita tak mampu mengambil manfaat dan nilai-nilai positif didalamnya. Dari kehidupan Hatta di dunia politik kita bisa melihat bahwa : Munculnya seorang tokoh penting dan memiliki jiwa patriot yang tangguh dan memikirkan kehidupan orang banyak serta memajukan bangsa dan negara “bukan hanya muncul dalam satu malam” atau bukanlah tokoh kambuhan yang muncul begitu saja, dan bukanlah sosok yang mengambil kesempatan untuk tampil sebagai pahlawan dan sosok pemerhati masyarakat. Tapi tokoh yang dapat kita jadikan contoh dan panutan dalam organisasi, partai, dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesunguhnya adalah seorang sosok yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat, ia terlatih untuk mampu memahami keinginan dan cita-cita masyarakat, serta bertindak dengan menggunakan ilmu dan iman.<br />
Seiring dengan meruaknya wacana demokrasi, terutama di era reformasi kita bisa melihat bahwa di Indonesia berkembang berbagai partai baru yang jumlahnya telah puluhan. Dalam kenyataanya memunculkan nama-nama baru sebagai tokoh, elit partai, elit politik yang berpengaruh di berbagai partai tersebut. Ada juga tokoh politik yang merupakan wajah-wajah lama yang konsisten di partainya atau beralih membentuk partai baru. Apakah mereka sudah pantas dikatakan sebagai tokoh, elite politik / elite partai?. Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung Hatta kita harus mampu melihat berapa persen diantara tokoh-tokoh, orang-orang penting, elite politik / elite partai di Indonesia sekarang yang telah memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen diantara mereka yang sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain.<br />
Dalam kenyataannya, kebanyakan kita melihat tokoh politik, elite politik dan tokoh-tokoh partai di Indonesia dewasa ini kurang memperhatikan kehidupan dan kemajuan masyarakat. Mereka hanya mengambil simpati masyarakat disaat-saat mereka membutuhkan suara dan partisipasi penduduk, seperti saat-saat akan diadakannnya pemilihan umum (nasional), saat diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada), setelah kegiatan itu berlangsung mereka mulai meninggalkan dan melupakan masyarakat. Namun ada beberapa partai dan tokoh yang sering terlihat dalam berbagai kegiatan social dan memperhatikan masyarakat.<br />
Apakah kita masih menganggap bahwa seorang penjahat, pemaling (koruptor) yang lolos dari sergapan hukum sebagai tokoh panutan kita di organisasi, partai politik, pemerintahan, atau kehidupan sehari-hari?. Jadi pantaslah kita belajar dari ketokohan Muhammad Hatta dalam kehidupan politiknya yang selalu bertindak demi kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia.<br />
<br />
Perpustakaan Bung Hatta memiliki lebih dari 8.000 buku, terdiri dari Sejarah, Budaya, Politik, Bahasa dan lain-lain. Hal inilah yang turut menyumbang kemampuan Beliau dalam berdiplomasi utnuk memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesiapejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-26725043043160445442011-03-10T00:56:00.000-08:002011-03-10T01:06:18.269-08:00Tips Menghindari KemalasanRasanya banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dll. <br />
<br />
Menurut penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.<br />
<br />
Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya. <br />
<br />
Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan lain.<br />
<br />
Dalam beberapa hal, Anda pun mungkin akan kehilangan momen untuk berkembang ketika Anda mengatakan “tidak” terhadap sebuah kesempatan –Anda malas bertindak karena bayangan negatif tentang hal-hal yang memberatkan didepan.<br />
<br />
Di artikel ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk mengatasi rasa malas. Tips ini bisa Anda praktekkan di tempat kerja ataupun lingkungan keluarga:<br />
<br />
<b>Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”</b><br />
<br />
Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu. <br />
<br />
Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”.<br />
Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama. <br />
<br />
<b>Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”</b><br />
Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.<br />
<br />
Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau.<br />
<br />
Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.<br />
<br />
<b>Anda Bukan Manusia Sempurna</b><br />
<br />
Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.<br />
<br />
Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.<br />
<br />
Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup Anda. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. Tiga tips diatas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga Anda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena malas mengerjakannya.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-56243229374079204052011-03-10T00:46:00.000-08:002011-03-10T00:46:38.774-08:00Biografi Jendral Sudirman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXPTXuBHuaUf0Smr9iq5oN9m1trTOar-kIY1WNCSu0k_eyIp9Fbw-lBx6NXYGLlycBqPiOO2xRHBdyw21uNTVfb4228-b22JUXYjnxFBl_7T1b8Grmsj8T2Mtt4u7g-P7N_bkKo7JtZCw/s1600/200px-Soedirman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXPTXuBHuaUf0Smr9iq5oN9m1trTOar-kIY1WNCSu0k_eyIp9Fbw-lBx6NXYGLlycBqPiOO2xRHBdyw21uNTVfb4228-b22JUXYjnxFBl_7T1b8Grmsj8T2Mtt4u7g-P7N_bkKo7JtZCw/s1600/200px-Soedirman.jpg" /></a></div><br />
<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal_Besar">Jenderal Besar</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/TNI" title="TNI">TNI</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anumerta">Anumerta</a> <b>Soedirman</b> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Soewandi" title="Ejaan Soewandi">Ejaan Soewandi</a>: <b>Sudirman</b>) (lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bodas_Karangjati,_Rembang,_Purbalingga" title="Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga">Bodas Karangjati</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Purbalingga" title="Purbalingga">Purbalingga</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/24_Januari">24 Januari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1916">1916</a> – meninggal di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Magelang" title="Magelang">Magelang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/29_Januari">29 Januari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1950">1950</a> pada umur 34 tahun) adalah seorang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_nasional_Indonesia" title="Pahlawan nasional Indonesia">pahlawan nasional Indonesia</a> yang berjuang pada masa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281945-1949%29" title="Sejarah Indonesia (1945-1949)">Revolusi Nasional Indonesia</a>. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panglima">Panglima</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal">Jenderal</a> RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal">jenderal</a>. Meski menderita sakit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis">tuberkulosis</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paru">paru-paru</a> yang parah, ia tetap ber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gerilya">gerilya</a> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang">perang</a> pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Makam_Pahlawan_Kusuma_Negara">Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semaki,_Umbulharjo,_Yogyakarta" title="Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta">Semaki</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>.<br />
<br />
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pabrik">Pabrik</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gula">Gula</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalibagor,_Banyumas">Kalibagor, Banyumas</a>, dan ibunya, Siyem, adalan keturunan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wedana" title="Wedana">Wedana</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rembang" title="Rembang">Rembang</a>. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.<br />
<br />
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Siswa" title="Taman Siswa">Taman Siswa</a>. Kemudian ia melanjut ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/HIK" title="HIK">HIK</a> (sekolah guru) Muhammadiyah, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta" title="Surakarta">Surakarta</a> tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pramuka" title="Pramuka">Pramuka</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hizbul_Wathan">Hizbul Wathan</a>. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/HIS" title="HIS">HIS</a> Muhammadiyah di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cilacap" title="Cilacap">Cilacap</a>.<br />
<br />
<br />
Ketika jaman pendudukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang">Jepang</a>, ia masuk tentara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembela_Tanah_Air">Pembela Tanah Air</a> (PETA) di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor" title="Bogor">Bogor</a> di bawah pelatihan tentara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang">Jepang</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-DESTINIESp35_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman#cite_note-DESTINIESp35-0">[1]</a></sup> Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komandan">Komandan</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batalyon">Batalyon</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kroya">Kroya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a>. Kemudian ia menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panglima">Panglima</a> Divisi V/<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banyumas" title="Banyumas">Banyumas</a> sesudah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/TKR" title="TKR">TKR</a> terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).<br />
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tjokropranolo">Tjokropranolo</a>, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. <sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman#cite_note-1">[2]</a></sup><br />
Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Badan_Pengurus_Makanan_Rakyat&action=edit&redlink=1" title="Badan Pengurus Makanan Rakyat (halaman belum tersedia)">Badan Pengurus Makanan Rakyat</a> dan anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat">Dewan Perwakilan Rakyat</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan">Karesidenan</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banyumas" title="Banyumas">Banyumas</a>. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.<br />
<br />
Setelah berakhirnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II">Perang Dunia II</a>, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Sekutu" title="Blok Sekutu">Pasukan Sekutu</a> dan Soekarno <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia" title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia">mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia</a>. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banyumas" title="Banyumas">Banyumas</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a>. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Resimen">resimen</a> yang bermarkas di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banyumas" title="Banyumas">Banyumas</a>, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Nasional_Indonesia" title="Revolusi Nasional Indonesia">Revolusi Nasional Indonesia</a>.<br />
Sesudah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Keamanan_Rakyat" title="Tentara Keamanan Rakyat">Tentara Keamanan Rakyat</a> (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panglima">Panglima</a> Divisi V/<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banyumas" title="Banyumas">Banyumas</a> dengan pangkat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonel">Kolonel</a>. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Panglima_Besar&action=edit&redlink=1" title="Panglima Besar (halaman belum tersedia)">Panglima Besar</a> TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis">tuberkulosis</a>, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gerilya">gerilya</a> melawan pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/NICA">NICA</a> Belanda.<br />
<br />
Menangnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Sekutu" title="Blok Sekutu">Pasukan Sekutu</a> atas Jepang dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II">Perang Dunia II</a> membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a> (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia" title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia">merdeka</a>. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/NICA">NICA</a> dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.<br />
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palagan_Ambarawa">Palagan Ambarawa</a></i> melawan pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris">Inggris</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/NICA">NICA</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. <sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman#cite_note-2">[3]</a></sup> Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ambarawa" title="Ambarawa">Ambarawa</a>. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semarang" title="Semarang">Semarang</a>. Perang tersebut berakhir tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/16_Desember">16 Desember</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945">1945</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman#cite_note-3">[4]</a></sup><br />
Setelah kemenangan Soedirman dalam <i>Palagan Ambarawa</i>, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal">Jenderal</a> oleh Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno">Soekarno</a>. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akademi_Militer">Akademi Militer</a> atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.<br />
<br />
Saat terjadinya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_II" title="Agresi Militer II">Agresi Militer II</a> Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>, karena <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a> sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a> dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis">tuberkulosis</a> yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gerilya">gerilya</a>.<br />
Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Umum_1_Maret_1949">Serangan Umum 1 Maret 1949</a>. Saat itu, Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno">Soekarno</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta">Mohammad Hatta</a> dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan">hutan</a> satu ke hutan lain, dan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung">gunung</a> ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.<br />
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Indonesia_Serikat">Republik Indonesia Serikat</a></i> dalam <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar">Konferensi Meja Bundar</a></i> tahun 1949 di <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Den_Haag">Den Haag</a></i>, Jenderal Soedirman kembali ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a> bersama Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno">Soekarno</a>, dan Wakil Presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta">Mohammad Hatta</a>.<br />
<br />
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Magelang" title="Magelang">Magelang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a> karena sakit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis">tuberkulosis</a> parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Makam_Pahlawan_Kusuma_Negara">Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semaki,_Umbulharjo,_Yogyakarta" title="Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta">Semaki</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>. Ia dinobatkan sebagai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_Nasional_Indonesia" title="Pahlawan Nasional Indonesia">Pahlawan Pembela Kemerdekaan</a>. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal_Besar">Jenderal Besar</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anumerta">Anumerta</a> dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang.pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-48079631477706740822011-03-10T00:26:00.000-08:002011-03-10T00:26:29.663-08:00profil Ir. Soekarno<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7lXcR8QToWkdA3pva3CdyNT75Egq1oFio-4YDsXCTxd_WJuPKbn68U0M4xVewbo7NItCGSaTzcwp2aXcGEjzvno7QRaTbilh4zjYP4cWKtHBwr1uyk7QSvRJ0ZNqLoNGqnqubvoBbPLg/s1600/420px-Presiden_Sukarno.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7lXcR8QToWkdA3pva3CdyNT75Egq1oFio-4YDsXCTxd_WJuPKbn68U0M4xVewbo7NItCGSaTzcwp2aXcGEjzvno7QRaTbilh4zjYP4cWKtHBwr1uyk7QSvRJ0ZNqLoNGqnqubvoBbPLg/s320/420px-Presiden_Sukarno.jpg" width="224" /></a></div><div style="color: black;"><b>Ir. Soekarno</b><sup><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#Tentang_nama_Soekarno">1</a></sup> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik" title="Ejaan Republik">ER</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan" title="Ejaan Yang Disempurnakan">EYD</a>: <b>Sukarno</b>) (lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Blitar" title="Kota Blitar">Blitar</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur">Jawa Timur</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/6_Juni">6 Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1901">1901</a> – meninggal di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/21_Juni">21 Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1970">1970</a> pada umur 69 tahun) adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia" title="Presiden Indonesia">Presiden</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a> pertama yang menjabat pada periode <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945">1945</a>–<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966">1966</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.<sup class="reference" id="cite_ref-asvi_1-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-asvi-1">[2]</a></sup> Soekarno adalah penggali <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila">Pancasila</a> karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a> itu dan ia sendiri yang menamainya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila">Pancasila</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-asvi_1-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-asvi-1">[2]</a></sup> Ia adalah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamator_Kemerdekaan" title="Proklamator Kemerdekaan">Proklamator Kemerdekaan</a> Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustus">17 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945">1945</a>.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"> Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Supersemar" title="Supersemar">Supersemar</a> yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto">Soeharto</a> untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.<sup class="reference" id="cite_ref-asvi_1-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-asvi-1">[2]</a></sup> Supersemar menjadi dasar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Letnan_Jenderal">Letnan Jenderal</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto">Soeharto</a> untuk membubarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia">Partai Komunis Indonesia</a> (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.<sup class="reference" id="cite_ref-asvi_1-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-asvi-1">[2]</a></sup> Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-cindy_adams_2-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-cindy_adams-2">[3]</a></sup> Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bharata_Yudha" title="Bharata Yudha">Bharata Yudha</a> yaitu Karna.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-cindy_adams_2-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-cindy_adams-2">[3]</a></sup> Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa">bahasa Jawa</a> huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".<sup class="reference" id="cite_ref-cindy_adams_2-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-cindy_adams-2">[3]</a></sup></div><div style="color: black;">Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi <b>Sukarno</b> karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a>)<sup class="noprint Inline-Template"><span style="white-space: nowrap;" title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan.">[<i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Mengutip_sumber" title="Wikipedia:Mengutip sumber">rujukan?</a></i>]</span></sup>. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi#Teks_Proklamasi" title="Proklamasi">Teks Proklamasi</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustus_1945" title="17 Agustus 1945">Kemerdekaan Indonesia</a> yang tidak boleh diubah<sup class="noprint Inline-Template"><span style="white-space: nowrap;" title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan.">[<i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Mengutip_sumber" title="Wikipedia:Mengutip sumber">rujukan?</a></i>]</span></sup>. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah <b>Bung Karno</b>.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis <i>Achmed Soekarno</i>. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marga" title="Marga">nama keluarga</a>. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama <i>Achmed</i> di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Ceko" title="Bahasa Ceko">bahasa Ceko</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Wales">bahasa Wales</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Denmark">bahasa Denmark</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jerman">bahasa Jerman</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Spanyol">bahasa Spanyol</a>.</div><div style="color: black;">Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji.<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-3">[4]</a></sup> Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden">Raden</a> <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soekemi_Sosrodihardjo&action=edit&redlink=1" title="Soekemi Sosrodihardjo (halaman belum tersedia)">Soekemi Sosrodihardjo</a> dan ibunya yaitu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ida_Ayu_Nyoman_Rai&action=edit&redlink=1" title="Ida Ayu Nyoman Rai (halaman belum tersedia)">Ida Ayu Nyoman Rai</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Dasar" title="Sekolah Dasar">Sekolah Dasar</a> Pribumi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singaraja">Singaraja</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali">Bali</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu" title="Hindu">Hindu</a> sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.<sup class="reference" id="cite_ref-kisah_4-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kisah-4">[5]</a></sup> Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden">Raden</a> <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hardjokromo&action=edit&redlink=1" title="Hardjokromo (halaman belum tersedia)">Hardjokromo</a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tulung_Agung" title="Tulung Agung">Tulung Agung</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur">Jawa Timur</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-7"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup></div><div style="color: black;">Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mojokerto" title="Mojokerto">Mojokerto</a>, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-8"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke <i>Eerste Inlandse School</i>, sekolah tempat ia bekerja.<sup class="reference" id="cite_ref-kisah_4-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kisah-4">[5]</a></sup> Kemudian pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Juni">Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1911">1911</a> Soekarno dipindahkan ke <i>Europeesche Lagere School (ELS)</i> untuk memudahkannya diterima di <i>Hoogere Burger School (HBS)</i>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1915">1915</a>, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-10"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Oemar_Said_Tjokroaminoto" title="Oemar Said Tjokroaminoto">H.O.S. Tjokroaminoto</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-11"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Tjokroaminot] bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-12"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam">Sarekat Islam</a>, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alimin">Alimin</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musso">Musso</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dharsono&action=edit&redlink=1" title="Dharsono (halaman belum tersedia)">Dharsono</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Agus_Salim" title="Haji Agus Salim">Haji Agus Salim</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Muis" title="Abdul Muis">Abdul Muis</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-13"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda <i>Tri Koro Darmo</i> yang dibentuk sebagai organisasi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo">Budi Utomo</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-14"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi <i>Jong Java</i> (Pemuda Jawa) pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1918">1918</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-15"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.<sup class="reference" id="cite_ref-kisah_4-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kisah-4">[5]</a></sup></div><div style="color: black;">Tamat H.B.S. tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1920">1920</a>, Soekarno melanjutkan ke <i>Technische Hoge School</i> (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/ITB" title="ITB">ITB</a>) di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bandung" title="Bandung">Bandung</a> dengan mengambil jurusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sipil">teknik sipil</a> dan tamat pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1925">1925</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-Encarta_5-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-Encarta-5">[6]</a></sup> Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haji_Sanusi&action=edit&redlink=1" title="Haji Sanusi (halaman belum tersedia)">Haji Sanusi</a> yang merupakan anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam">Sarekat Islam</a> dan sahabat karib Tjokroaminoto.<sup class="reference" id="cite_ref-kasenda_0-16"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno#cite_note-kasenda-0">[1]</a></sup> Di sana ia berinteraksi dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara" title="Ki Hajar Dewantara">Ki Hajar Dewantara</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tjipto_Mangunkusumo" title="Tjipto Mangunkusumo">Tjipto Mangunkusumo</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dr._Douwes_Dekker" title="Dr. Douwes Dekker">Dr. Douwes Dekker</a>, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/National_Indische_Partij">National Indische Partij</a>.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div>pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1020918538131875687.post-86322941098523324722011-02-27T08:39:00.001-08:002011-02-27T08:39:42.695-08:00welcome<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKwOvKJoe-sPtvm9fJcrq7xv9SEyn53K33vIpa6WUtRexaHm08d_ThqYy9ZF98URPkp0MngyE753NkMmKOaRXio11brKLk8FqcYQA9Ffm3n9rDTdS0WBKTYXewG9yc7eUqlp4wXjOLOY4/s1600/welcome+to+my+blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKwOvKJoe-sPtvm9fJcrq7xv9SEyn53K33vIpa6WUtRexaHm08d_ThqYy9ZF98URPkp0MngyE753NkMmKOaRXio11brKLk8FqcYQA9Ffm3n9rDTdS0WBKTYXewG9yc7eUqlp4wXjOLOY4/s320/welcome+to+my+blog.jpg" width="320" /></a></div>pejuanghttp://www.blogger.com/profile/09546778291735219255noreply@blogger.com0